Kamukah Si 'Penderita' Sindrom Inferiority Complex?
Author Blog
Oktober 21, 2016
0 Comments
Saat melihat orang lain yang lebih ganteng, cantik, kaya, pintar atau hebat, pernah gak sih kalian jadi merasa minder? Merasa begitu kecil, rendah dan gak ada apa-apanya? Merasa malu dan bahkan sampai mengutuk diri sendiri.
Pernah? Wah, hati-hati! Bisa jadi sindrom Inferiority Complex sedang mengancammu!
Memangnya sindrom Inferiority Complex itu apaan sih?
Source : http://www.incidentalcomics.com/2014/12/the-inferiority-complex.html |
Jadi, kalau kamu search di Google : Inferiority Complex adalah masalah emosional dan psikologis yang sering tidak disadari. Padahal sebenarnya inferiority complex adalah masalah yang serius terkait dengan kesehatan mental. Ini adalah perasaan bahwa seseorang lebih rendah dari orang lain dalam beragam bentuk.
Apakah hanya orang-orang yang berpendidikan rendah dan kalangan menengah kebawah yang sering merasakan sindrom ini?
Jawabannya tidak!
Bahkan orang dengan tingkat pendidikan tinggi sekali pun bisa terkena sindrom ini.
Coba perhatikan deh. Ada banyak lulusan tingkat S1 di Indonesia dari daerah Timur sampai Barat. Tapi diantaranya, saat hendak memasuki dunia kerja. Mereka-mereka yang merupakan lulusan Universitas peringkat nomor sepatu kebanyakan akan minder dan bahkan sampai memilih mundur saat harus bersaing dengan lulusan Universitas nomor satu atau 10 besar terbaik. Hal ini juga berlaku dalam dunia perjodohan, dimana banyak orang minder untuk melamar atau bersanding dengan orang yang dia rasa memiliki latar belakang yang terlihat lebih baik dari dirinya.
Tidak hanya grade kampus yang buat orang-orang berpendidikan tinggi sekali pun jadi minder. Jurusan kuliah pun bisa bikin orang jadi minder. Apalagi kalau ketemu yang lulusannya jurusan kedokteran, kampusnya dari UGM. Masih ditambah lagi ganteng atau cantik, kaya tujuh turunan, sholeh(ah), berprestasi, baik hati lagi.
Waahh ... bisa mati kutu sudah kalau sampai bisa ketemu orang se 'perfect' itu.
Padahal yang menentukan kualitas diri kita, tidak bisa diukur dari hal-hal semacam itu saja. Ada banyak hal-hal lain yang sering kita abaikan, ternyata merupakan bagian dari kelebihan kita masing-masing. Yang tertutupi oleh pemikiran akan hal-hal yang kita anggap sebagai sebuah kekurangan diri kita.
Pada dasarnya, rasa minder kemudian adalah hal yang masih wajar dan manusiawi apabila tidak diikuti dengan perasaan minder yang berlarut-larut. Karena membiarkan perasaan minder terus menerus berkelanjutan, sama dengan membiarkan sikap pesimis akan menjangkiti kita. Dan saat itu terjadi, perasaan minder itu mungkin sudah tak bisa lagi kita kendalikan.
Siap-siap saja terkena sindrom inferiority complex!
Belum apa-apa sudah game over! Karena ketika disodorkan dengan hal-hal tertentu yang dirasa baru atau tidak bisa untuk dilakukan. Si penderita sudah menyerah duluan alias tidak mau mencoba. Istilahnya kalah sebelum berperang. Padahal ada potensi besar yang mungkin tidak diketahui kalau saja mau mencobanya. Tapi potensi itu keburu terkubur bersama dengan rasa percaya diri yang telah hilang.
Mau pelihara sindrom ini? Enggak dong ya!
Terus apa yang harus kita lakukan? Apakah kita harus jadi orang yang pede abis atau manusia yang optimis tingkat dewa.
Eitt ... tunggu dulu! Hati-hati lagi! Bisa jadi itu malah lawan mainnya si Inferiority Compelex!
Si SUPERIORITY COMPLEX!
Apa lagi itu?!
Yah dibalik aja dah definisinya.
Kalau yang punya sindrom ini biasanya merasa dirinya adalah orang yang paling penting dan dirinya lebih baik dari siapa pun. Tingkat percaya dirinya sangat tinggi hingga overload alias kelebihan muatan. Alias lagi, overdose!
Sebenarnya sama seperti rasa minder yang masih wajar. Memiliki rasa percaya diri tinggi juga adalah hal yang wajar saja, malah sangat baik untuk dimiliki. Karena itu adalah salah satu kunci sukses.
Tapi kalau rasa percaya diri itu diikuti dengan sikap arogan hingga menjadikannya memandang rendah pada orang lain. Itulah yang disebut dengan sindrom superiority complex.
Wah ... terus kalau gitu kita harus jadi yang mana kakaaakk??? *mukabingung
Saya tegaskan dua-duanya jangan ada yang dipelihara! Mending pelihara kucing yuk! *kokgaknyambung
Iya dua-duanya tidak perlu kita adopsi. Cukup jadi rahasia antara aku dan kamu aja. *loh
Oke ... oke serius lagi ...
Kenapa gak dua-duanya? Ya, karena dengan pakai logika dan hati nurani saja kita pasti paham kenapa gak perlu punya salah satu dari dua sindrom diatas.
Karena dua-duanya sama-sama gak berguna dimiliki! Hanya menjerumuskan kedalam dua lubang yang berbeda. Yang satu lubang untuk menjadi pecundang. Yang satunya lagi lubang untuk menjadi manusia yang angkuh bin sombong.
Mau jadi pecundang atau orang yang angkuh? Enggak kan!
Memang segala sesuatu yang berlebihan itu gak ada yang baik. Maka sudah sepantasnya segala sesuatu itu kita tempatkan pada porsinya masing-masing.
Minder yang melecut diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dan rasa percaya diri yang mengantarkan kita pada kesuksesan sesuai potensi, minat dan bakat kita.
Nah, kalau gitu kan bagus jadinya 😆
Tulisan ini juga akan menjadi pengingat bagi saya pribadi untuk gak jadi 'penderita' sindrom inferiority complex itu.
Saya sendiri bukan orang yang suka tampil di publik alias lebih suka berada di balik layar. Bukan berarti saya minder. Tapi karena saya memang suka dan nyamannya berada di posisi seperti itu.
Makanya saya juga nulis ini ... karena waktu untuk tampil di publik saya alihkan untuk menulis banyak hal yang ada di pikiran saya, meskipun banyak yang masih belum mau saya publikasikan. Atau mencari sumber inspirasi saya dalam menulis. Simpel! Karena saya ingin jadi seorang penulis. Apakah kemudian saya perlu minder kepada para pelakon? *curhat
Jadi, satu lagi. Kelolalah rasa minder dan percaya diri kita pada porsi yang sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing.
Apakah semut perlu minder dengan kucing karena ukuran tubuhnya yang kecil. Gak! Tentunya dia perlu percaya diri dan bangga karena kucing gak bisa masuk ke dalam lubang kecil apalagi sekecil pori-pori tanah, sementara dia bisa!
Oke, see you in my next post! ✌
Tambahan :
Pada konteks yang berbeda, diluar pandangan mengenai inferiority complex pada diri kita sendiri terhadap orang lain. Saya sadar bahwa banyak masyarakat Indonesia termasuk mungkin saya, yang sering merasa minder saat membicarakan negara kita dihadapan masyarakat asing. Seakan-akan negara kita sangat buruk dan tak layak diakui. Dan negara lain jauh diatas segala-galanya dibandingkan tanah air kita.
Perlu kita pahami bahwa hal itu adalah bagian dari sindrom inferiority complex. Bahkan tak jarang gara-gara sindrom ini, orang-orang Indonesia sendiri jadi sibuk membela dan memuji-muji negara lain karena hal-hal yang tidak mereka temui di Indonesia. Sementara itu 'merendah-dirikan' negaranya sendiri atau bahkan merasa malu menjadi warga negara Indonesia. Dan menunjukkan sikap pesimis pada tanah airnya sendiri.
Ayolah! Bagaimana bisa kita mengabaikan begitu banyak kelebihan yang dimiliki Indonesia karena kekurangan-kekurangannya. Kita memang tidak bisa mengabaikan kekurangan yang ada, karena kita mesti senantiasa berbenah untuk kemajuan negara kita. Tapi bukan berarti kita jadi melupakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki Indonesia dibandingkan negara lain, atau bahkan mungkin tidak dapat ditemui di negara lain mana pun. Contohnya keindahan alam Indonesia. Terlalu klasik? Tapi nyatanya mau juga kan kalau dikasih uang gratis buat keliling Indonesia? Hayooo ...
Ya, kan?
Ayo! Buat saya dan kalian yang baca. Mulai sekarang yuk belajar lebih bangga menjadi bagian dari Indonesia. Sambil berusaha membuat kontribusi terhadap tanah air kita. Sekecil apapun itu. Paling enggak, setidaknya jangan bikin malu nama Indonesia. Misalnya dengan merusak nilai moral diri sendiri.