18 September 2016

Catatan Manusia Introvert


Kalian mungkin pernah dengar kata ini, kan? Iya, introvert. Temennya ekstrovert.

Yang belum tahu silahkan searching sendiri dulu ya di google ... karena agak lumayan ribet juga kalau harus dijelasin semuanya.

Oke, singkatnya introvert itu merupakan jenis kepribadian dimana si empunya biasanya dikenal pendiem oleh orang-orang disekitarnya. Padahal ~ ... hahaha 😂

Menurut berbagai sumber yang saya baca, orang-orang introvert itu jumlahnya tergolong minoritas di muka bumi ini. Karena dunia ini pada dasarnya didominasi oleh para kaum ekstrovert. Makanya kalau dalam kelas paling hanya ada 1-2 orang yang pendiam, sementara sisanya adalah tokoh-tokoh yang senantiasa berjasa meramaikan suasana kelas kapan pun, apa pun dan bagaimana pun situasinya.

Lain introvert lain lagi ekstrovert. Kalau ekstrovert itu sendiri malah kebalikannya dari introvert. Orang-orang yang masuk kategori ekstrovert ini biasanya dikenal sebagai orang yang supel dan ramah. Yang pasti orang-orang dengan kepribadian ini cenderung lebih disukai di lingkungan masyarakat, dan tentunya lebih disukai sama calon mertua #truestory

Nah dengan dua perbandingan secara garis besar itu saja, jelas kebanyakan orang kalau disuruh pilih pasti lebih milih jadi orang yang ekstrovert. Tapi sayangnya kita gak bisa milih, karena itu semacam bawaan dari diri pribadi masing-masing. Biasanya juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pergaulan sosialnya.

Enaknya jadi ekstrovert itu, biasanya punya banyak teman dan koneksi. Jadi kalau ada apa-apa bisa calling temen tanpa ada perasaan beban, beres deh. Biasanya orang-orang ekstrovert ini juga suka jadi pencair suasana dimana pun ia berada--jadi say no to awkward moment kalau sedang berada bersama para ekstrovert ini. Selain itu, orang-orang ekstrovert juga lebih sering diberi kepercayaan untuk memimpin sebuah organisasi karena sifatnya yang suka serta berani bicara meski di depan umum sekali pun.

Lain halnya dengan orang-orang yang disematkan cap introvert. Biasanya orangnya pendiam sekali tidak peduli apapun situasinya. Mau acara formal, saat sedang kuliah atau bahkan saat kumpul bersama teman sekali pun ia akan tetap diam seribu bahasa. Kecuali seseorang mengajaknya bicara duluan atau meminta pendapatnya. Barulah dia mau bersua juga #akhirnya 😁

Tapi anehnya, meskipun introvert terkesan sangat pemalu. Nyatanya tidak semua yang mendapat predikat introvert adalah orang yang pemalu. Saat diperlukan dan khususnya di waktu-waktu yang terdesak mereka bisa berubah menjadi sosok wonder woman yang tidak diduga-duga. Hahaha ...

Maksudnya ya tiba-tiba saja ia jadi banyak bicara--contohnya saat presentasi kuliah. Itu mah terpaksa demi nilai 😅 atau mungkin saat dia lagi tersesat di jalan, ane (saya) yakin banget dia pasti jadi orang yang bakal deluan ngomong sama orang demi kelangsungan hidupnya.

Menjadi introvert itu tidak mudah. Meskipun kerjanya terlihat hanya diam saja, tapi dibalik itu introvert adalah sosok pemikir. Ketika berada di kelas contohnya. Apabila yang lain sedang sibuk ngobrol dan bergosip ria, ia akan jadi sosok penguping setianya *bisajadi. Hehe gak lah, maksudnya dia biasanya malah sibuk berpikir untuk mempelajari situasi yang ada dan membaca gerak-gerik orang lain lewat ekor matanya. Jadi jangan heran kalau meskipun hanya diam saja, dia bisa tahu situasi yang sedang terjadi disekitarnya, termasuk mengenal karakter orang-orang yang ia lihat.

Kadang-kadang introvert juga suka memikirkan hal-hal yang dianggap gak penting. Misalnya seperti mikir kenapa kucing piaraan yang umurnya udah uzur suka tiba-tiba pergi tanpa pamit sama tuannya. Lalu tidak pernah kembali lagi pulang, seakan-akan si pus mau pergi mengubur dirinya sendiri di suatu tempat. Ya kan? Pernah gak sih kalian yang pelihara kucing udah uzur terus liat mayatnya di rumah kalian? Dan sampai saat ini saya masih belum menemukan jawabannya.

Selain itu, menjadi introvert artinya juga harus siap ketika dicap sebagai orang yang sombong, cuek atau pun angkuh. Padahal memang orangnya seperti itu *loh enggak enggak ... maksudnya mungkin tidak seperti yang dipirkan orang atau stereotype-nya introvert.

Jadi, bisa dibilang itulah pandangan saya secara objektif mengenai kepribadian introvert dan ekstrovert. Sekarang saya ingin cerita tentang introvert dari pandangan saya secara pribadi ...

Source : http://www.huffingtonpost.com


Kenapa introvert? Karena ... entah sejak kapan mulanya saya merasa diri saya berada dalam kategori introvert. Terutama saat pertama kali saya mengenal istilah asing ini. Dan ketika membaca ciri-ciri introvert ini, bisa dikatakan 90% ada pada diri saya. Itulah sebabnya saya akan cerita pengalaman saya sebagai seorang introvert ...

Jadi saya ingat betul bahwa saat masih pakai seragam putih-merah, saya adalah sosok anak yang usil, nakal (nakalnya anak-anak loh ya!), banyak bicara dan cukup ceria dimata banyak orang seingat saya. Selain itu saya juga punya banyak teman dekat.

Sampai akhirnya negeri api menyerang ... keceriaanku tiba-tiba menghilang sepeti Avatar. Enggak deng~ maksudnya sifat-sifat ala 'ekstrovert' itu semua perlahan hilang dari diri saya semenjak saya memasuki usia remaja dan menjadi semakin parah saat saya memasuki fase putih abu-abu, maksudnya SMA. Tanpa saya sendiri tahu dengan baik apa sebabnya ...

Saya jadi ingat saat duduk di kelas 10 dulu, waktu pertama kalinya pembagian kelas, saya harus jadi siswa terakhir yang belum kebagian teman sebangku--saking pendiamnya saya sehingga tidak bisa buat deal sama siapa pun saat itu. Sehingga dengan perasaan pasrah pun saya harus duduk dengan siswa cowok yang satu-satunya masih tidak punya teman sebangku. Dan kami pun duduk di bangku paling belakang sekali--seperti orang-orang buangan. *gakjugasih

Ada suatu hari ketika kami dalam masa ospek, seorang guru yang sangat ramah dan seru menyampaikan materi yang jujur saya tidak ingat tentang apa itu, tapi saya ingat pembawaannya membuat kami semua menjadi sangat bersemangat. Tapi tidak disangka, tiba-tiba sesi motivasi yang ceria itu seketika berubah menjadi acara pijet-pijetan. Entah itu bagian dari ice breaking atau apa. Dan disaat itu juga saya hanya bisa membatu dan mengeluarkan keringat dingin. Asli itu adalah salah satu awkward moment saya dengan teman sebangku saya.

Pada saat itu kami diminta untuk mengubah posisi duduk kami menjadi kearah samping, dan yang berada pada posisi dibelakangi harus memijit pundak yang membelakangi. Maka ketika semua orang asyik memijit temannya tanpa ragu sedikit pun, saya hanya mampu memandangi punggung teman saya tanpa kata. Untungnya dia tidak protes sama sekali dan diam saja. Dan ... ketika tiba giliran saya untuk dipijit ia juga tidak menyentuh pundak saya sama sekali. #balasdendam. Bahkan selama itu juga kami berdua diam tanpa kata sepatah pun (seingat saya). 😅

Tapi Alhamdulillah banget menurut saya itu, karena jujur aja saya adalah tipe orang yang tidak begitu nyaman dengan kontak fisik dengan lawan jenis. Padahal nyatanya, saya saat itu mana ngerti namanya hukum bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan mahram dalam Islam. Jadi waktu itu semacam naluri aja. Ya, lumayan lah ya ...

Itu baru salah satu contoh, masih banyak lagi hal-hal yang perlu saya lalui karena keintrovertan saya yang agak parah. Yang kalau dipikir-pikir lagi kadang ada untungnya juga sih 😁

Bahkan kalau saya ingat-ingat lagi mungkin anak cowok yang pernah saya terlibat pembicaraan secara langsung--hitung saja sejak SMA sampai sekarang semester 7 kuliah mungkin masih bisa saya hitung jumlahnya. Itu pun pasti biasanya karena tuntutan tugas dan sebagainya. Kalau tidak ada keperluan yaa wassalam. Hampir semua benar-benar pure karena kepentingan yang memang penting. Atau situasi yang memaksakan saya harus berbicara kepada mereka. Walaupun pasti ada juga sedikit beberapa yang diluar konteks itu.

Padahal faktanya adalah saya hanya selalu merasa canggung berada disekitar mereka (baca: laki-laki/cowok/mas-mas/om-om/dll yang pada dasarnya bukan mahram saya).

Saya juga tidak merasa nyaman kalau harus berbincang-bincang dengan mereka diluar konteks sedang ada kepentingan. Jadi kadang saya mungkin terlihat seperti orang salah tingkah kalau harus berkeliaran diantara laki-laki apalagi ngumpul-ngumpul bareng mereka, padahal kenyataannya saya bukannya sedang mempunyai perasaan pada salah satu dari mereka or anything sehingga terlihat seperti itu. Tapi saya hanya merasa tidak nyaman.

Jadi kalau ada perintah ghodul bashor (menundukkan pandangan) dan menjauhi ikhtilat (berkumpul antara beberapa pria dan wanita yang bukan mahram dalam satu tempat) apalagi khalwat (berduaan dengan bukan mahram) dari Allah. Saya benar-benar tidak merasa keberatan sama sekali apalagi merasa terbelenggu dengan itu semua. Saya justru malah merasa lebih nyaman dan tentunya aman dengan menjauhi hal-hal diatas. Hati pun rasanya selalu tenang riang gembira.

Oke, next ...

Lain anak cowok, lain juga teman-teman cewek. Tak kalah ngenes kalau saya bilang. Saya tidak bisa banyak terlibat dalam perkumpulan anak-anak cewek. Saya biasanya hanya menyapa dan tersenyum kalau bertemu. Sahabat atau teman dekat yang saya miliki sampai saat ini pun masih bisa saya hitung dengan jari-jari tangan saya. Mungkin terdengar seperti saya pilih-pilih teman.

Padahal pada kenyataannya memang hanya segelintir itu saja yang bisa bertahan berteman dengan saya. Karena bagaimana pun saya sendiri memang merasa bukanlah teman yang asyik seperti kebanyakan orang. Apalagi saya juga tidak begitu suka banyak bercerita tentang diri saya. Atau bahasa lainnya suka curhat hal pribadi ke teman.

Hmmm ... mungkin saya jadi terlihat seperti orang yang sombong dan tidak mau membaur dengan lingkungan sekitar, ya? Tapi mau bagaimana lagi ... kadang saya hanya tidak tahu mau bicara apa saat berada diantara teman-teman yang tidak begitu akrab dengan saya. Apalagi ditambah lagi saya orangnya cenderung kurang suka sama yang namanya basa-basi, jadi ya gitu deh...

Selain itu jadi introvert artinya juga harus siap kemana-mana sendiri. Karena saya salah satu yang mengalaminya sendiri.

Misalnya ketika saya perlu ke WC di tengah-tengah pelajaran, saya pasti akan izin pergi sendirian. Ketika yang lain kebanyakan selalu membawa paling tidak 1 teman mereka untuk menemani saat mau izin ke WC.

Yang pasti untuk hal-hal yang menyangkut keperluan pribadi, saya selalu berusaha untuk melakukannya sendiri. Terlihat mandiri memang ... tapi kenyataannya itu karena saya tidak punya seseorang untuk diajak pergi hahaha ... 😅 *ngenesnya

Tapi enggak juga sih ... sebenarnya itu lebih kepada perasaan tidak enak kalau harus merepotkan orang lain untuk urusan kita. Iya kalau dia ikhlas ... kalau terpaksa? Kan kasian dianya ... capek iya, pahala gak dapat ... mendingan pergi sendiri aja. Begitulah kira-kira kurang lebih pemikiran saya.

Ada juga hal lucu yang pernah saya alami gara-gara tabiat saya yang suka pergi sendiri. Pernah selepas kuliah saya ada jadwal untuk pergi ke dokter. Sayangnya rentang jeda antara waktu pulang kuliah dengan jadwal saya itu terlampau jauh jedanya. Jarak antara kampus dan klinik dokter tidak begitu jauh padahal. Sementara itu, jarak rumah saya dengan kampus dan klinik dokter lumayan untuk membuat saya tua di jalan, jadi mana mungkin lah saya pulang dulu ke rumah. Secara saya tinggal di wilayah pinggiran kota. Akhirnya, setelah melalui beberapa pertimbangan. Saya putuskan untuk pergi ke bioskop yang masih berada di sekitaran pusat kota sembari menunggu jadwal.

Saat itu saya tidak menemukan satu pun film yang menarik hati saya. Dan satu-satunya film yang paling banyak peminatnya waktu itu adalah film-nya Raditya Dika yang Malam Minggu Miko (kalau gak salah). Tapi karena saya sendiri tidak begitu tertarik, maka jadilah saya memilih nonton film yang saya pun tak pernah dengar sama sekali judulnya.

Tabula Rasa.

Film itu setelah saya cek ternyata hari itu adalah tayangan perdananya di bioskop. Pemainnya? Tak satu pun saya tahu. Tapi genrenya sendiri cukup unik karena mengangkat tema kuliner, dimana belum pernah diangkat sebelumnya di industri film Indonesia, klaimnya.

Oke skip ini bukan review film!

Jadi, singkat cerita saya pun masuk ke dalam studio sebelum film tayang beberapa menit lagi. Dan ... anehnya saya mendapati suasana studio yang cukup asing. Kenapa? Karena suasana studio benar-benar sepi ... kosong melompong. Saya adalah satu-satunya orang yang menjadi penonton di studio itu ternyata! Hahaha ... berasa studio milik sendiri pokoknya. Mungkin orang-orang akan berkata saya ngenes sekali. The real jomblo ngenes. Tapi nyatanya saya bahagia banget waktu itu! Nonton sendirian di bioskop, satu studio yang nonton cuma saya doang. Belum lagi saya sudah bawa bekal kentang goreng, popcorn dan ice chocolate. Benar-benar seneng banget pokoknya saya waktu itu ... film-nya juga lumayan bagus menurut saya.

Aneh? Memang! Saya sendiri juga heran kenapa saya jadi kelihatan ngenes begini?

Sendiri memang menyenangkan bagi seorang introvert. Tapi tidak selamanya sendiri itu membuat seorang introvert bahagia. *eaaa

Terkadang ada waktu dimana seorang introvert benar-benar ingin bersosialisasi dengan orang lain. Introvert itu bukan anti-sosial! Mereka terkadang hanya butuh alasan yang kuat untuk bersosialiasi dengan orang lain. Maksudnya, bukan kalau ada maunya aja baru ketemu orang ya. Alasan yang kuat itu dalam konteks yang positif deh pokoknya ... *alesan

Ada juga bawaan introvert yang saya rasa lumayan bermanfaat untuk orang lain. Yaitu tahan banting kalau urusan dengerin orang lain ngomong. Gak pakai nyela atau pun komentar, introvert jago banget soal itu. Mau dengerin orang curhat sampai kaki kesemutan juga ... tahaaan pokoknya.

Selain itu, menjadi introvert juga memaksa saya untuk selalu berpikir lebih dari sekali, bahkan bisa puluhan hingga ratusan kali hanya untuk mengatakan sesuatu. Karena saya terlalu khawatir kalau apa yang saya katakan mungkin akan menyakiti orang lain atau salah. Jadi, sebelum berbicara sebisa mungkin pasti saya akan berusaha menyaringnya hingga berkali-kali. Dan karena kebanyakan mikir inilah yang membuat saya pada akhirnya malah tidak berbicara apa-apa sama sekali. Entah karena moment-nya yang udah keburu lewat atau akhirnya saya putuskan untuk diam saja meskipun sudah berpikir berkali-kali. Hahaha ... 😂

Yang pasti saya rasakan sebagai seorang yang tergolong introvert. Kepribadian ini secara nyata memang agak menganggu sistem simbiosis manusia. Mereka terlihat seperti orang-orang kuper (kurang pergaulan) dan membosankan. Ya, kalau kamu tidak kenal baik dan dekat dengan mereka, kamu mungkin akan berpikir begitu. Tapi, kalau kamu sudah memiliki kedekatan dengan para introvert ini, kamu mungkin akan menemukan sisi lain dirinya yang tidak pernah dia perlihatkan pada orang banyak. Dan satu lagi hal yang perlu kalian tahu adalah :

Begitu orang introvert percaya padamu dan menganggap kamu sahabatnya, maka dia akan menjadi orang yang sangat setia padamu.

Masalahnya adalah bukan menjadi introvert maupun ekstrovert. Karena dua-duanya sama sama baik dalam perannya masing-masing. Tidak perlu berdebat tentang kepribadian mana yang lebih baik. Lagipula masih ada lagi itu yang namanya ambivert. Yang gak tahu cari di google lagi yak ...

Banyak orang sukses yang dikenal sebagai pribadi ekstrovert. Tapi orang-orang introvert yang sukses juga sangat banyak. Contohnya : Bill Gates, Mark Zuckerberg dan J.K. Rowling. Jadi tidak perlu minder, khususnya yang introvert kayak saya, ya! 😊

Meskipun introvert sering dikonotasikan sebagai pribadi yang cenderung negatif. Tapi semua orang itu pasti dapat bermanfaat kok ... tinggal bagaimana saja kita menguatkan tekad kita untuk menjadi orang yang bermanfaat itu, kan?


Oke sekian dulu ya ... see you in my next post! ✌


Tidak ada komentar:

Posting Komentar