20 Juni 2017

Cara Berhenti Kecanduan Drama Korea

Juni 20, 2017 0 Comments

Fenomena Hallyu Wave memang sudah sejak lama melanda Indonesia, dan sampai saat ini tampaknya 'virus' Hallyu Wave semakin ganas dan makin sulit untuk dikendalikan. Bahkan sampai saat ini masih belum ditemukan vaksinnya. Hmmm... *mikir

Dan salah satu gejala hallyu wave yang dapat menguras energi fisik dan batin secara ekstrim adalah kecanduan drama Korea.

Bagaimana tidak? Setelah para penggemarnya 'khatam' dengan drama Korea yang tayang sepanjang lebih dari selusin episode, drama lain yang tak kalah seru pun kembali tayang dan menggoda untuk ditonton. Dan selamat datang mata panda, marathon tak berkesudahan serta baper yang sulit hilang dari hati para jomblo sesaat dan sesudah nonton drama oppa-oppa ganteng. *pengalaman

Kalau dulu pas saya masih SMP kelas 3, pas lagi jaman-jamannya booming BBF (Boys Before Flowers) yang tayang di chanel ikan terbang pas tengah malem, suka sama Korea tu ibarat aib yang sangat memalukan. Temen-temen yang pecinta sejati sinetron, musik dan artis Indonesia pasti bakalan ngolokin temen-temennya yang mulai demen Korea, dan akhirnya para pecinta Korea bakalan menyembunyikan identitasnya sebagai penyuka Korea dan hanya membuka kedoknya kalau ketemu dengan sesamanya(?) aja. Pfft *apaan sih kok kesannya jadi kayak kaum ... eng ing ong sih

Tapi kayaknya kalau sekarang fenomena yang kayak gitu malah udah jarang ya. Sekarang sih kayaknya malah hampir semua orang dari berbagai elemen tanah, air, udara, mau anak sekolah, kuliahan, ibu-ibu bahkan cowok-cowok pun banyak yang jadi demen sama drama, film atau pun musik Korea. Bahkan para pecinta Korea ini sudah gak malu-malu untuk mendeklarasikan dirinya sebagai K-Drama Lovers atau K-Popers. Dan para Korean expert ini bakalan meracuni siapa saja yang dikenalnya untuk terkena hallyu wave juga, dengan cara mencekoki mereka dengan segala hal berbau Korea yang mereka sukai. Tapi yang paling parah sih kalau sampai ngamuk-ngamuk sama orang yang nyinyir tentang Korea, demi membela kesukaannya. Padahal kenal sama yang dibela aja kagak ... wkwkwk

Makanya kalau mau sembuh itu possibility-nya sebenarnya cukup kecil. Apalagi kalau sudah di tahap stadium 4 (alias maniak).

Hehehe ... saya tahu kok alasan kenapa banyak banget yang suka sama Korea bahkan mungkin semakin tergila-gila, khususnya industri entertainment-nya. Kalau dibandingkan dengan sinetron-sinetron yang senantiasa konsisten dengan font-nya itu, memang drama Korea jauh lebih unggul. Pun dengan film-film Korea. Apalagi masalah K-Pop yang gak ada abisnya dan selalu ada yang baru buat dilihat. Hmmm ... makin susah deh ...

Tapi selalu ada banyak jalan menuju Roma, right? Tidak ada yang tidak mungkin. Kalau Anda mau sembuh dari kecanduan Korea (secara spesifik : drama Korea) yang mungkin sudah mulai menganggu kehidupan mutual Anda dengan orang-orang yang Anda sayangi.

Sebagai orang yang mulai sembuh dari kecanduan nonton drama Korea, saya punya beberapa tips yang mungkin berguna untuk mengurangi kecenderungan terhadap kesukaan pada drama Korea yang sudah terlalu berlebihan.


Source : dramafever.com
"Goodbye mata panda!" :'D


1. Unlike, unfollow dan jauhi segala sesuatu yang berbau Korea. Mau akun artis Korea, klub fans Korea, apalagi akun update-an drama Korea terbaru beserta akun-akun bocoran sinopsis dari semua media sosial yang Anda punya. Bahkan kalau punya teman yang hampir tiap hari kerjaannya share segala sesuatu tentang drama Korea langsung berhenti ikuti saja. Intinya, bersihkan segala media sosial dari seliweran Korea-Korea-an.

2. Berusaha hindari menonton, biarpun sekilas saja drama Korea baik di YouTube, layanan streaming bahkan di Line Today sekali pun, karena hal itu dapat memicu kecanduan untuk menonton terus jadi muncul. Alihkan perhatianmu atau substitusikan kebiasanmu ke hal-hal lain yang tak kalah menarik tapi tidak membuatmu kehilangan banyak waktu yang berharga. Asah soft skill mau pun hard skill untuk menambah kemampuan diri sepertinya jauh lebih baik daripada menghabiskan banyak waktu di depan layar monitor untuk menyaksikan drama Korea berepisode-episode.

3. Dekatkan diri pada Allah SWT bagi yang muslim wa muslimah. Nah, ini sebenarnya adalah cara yang paling ampuh dan paling utama. Sengaja saya tulis belakangan biar makin ngena. Perbanyak ibadah dan mengingat Allah, insyaAllah perlahan-lahan kebiasaan nonton drama Korea bisa perlahan-lahan berkurang.

Ya, jadi itu dia tips-tips dari saya buat yang pengen berhenti dari kecanduan nonton drama Korea. Cukup simple, tapi kalau dilakukan dengan komitmen, bisa cukup banyak berdampak juga loh. Intinya segala sesuatu yang sudah berlebihan itu tidak baik, 'kan?

Sebenarnya saya sendiri masih suka kok sama hal-hal yang berbau Korea. Tapi untuk nonton drama Korea bener-bener udah jarang banget setelah saya selalu menghindari setiap berita update-an drama-drama terbaru, begitu pun dengan hal-hal yang berbau entertainment Korea.

Kalau sekarang, saya sih malah prefer untuk belajar bahasa dan budaya Korea. Somehow saya jadi suka banget buat belajar bahasa Korea, dan media belajar yang saya pakai pun teralih lebih condong ke buku-buku bahasa Korea maupun berita-berita bahasa Korea yang ada di Naver.

Ketimbang belajar dari percakapan di drama, belajar lewat video-video belajar bahasa Korea di YouTube pun bisa jadi lebih interesting dan cepat banyak terserap. Karena gak pakai baper ngikutin alur ceritanya kali, ya? hehehe

Eh, atau mungkin ini bisa jadi salah satu tips juga, ya? Alihkan ke belajar bahasa Korea aja. Karena bisa jadi hard skill juga dalam menguasai bahasa asing lo. Ya gak?

Oke deh, see you in my next post ya! ✌



Informasi Pendaftaran TOPIK (Test of Proficiency in Korean) Ke-54 Tahun 2017 di Indonesia

Juni 20, 2017 43 Comments
Assalamu'alaikum.

안녕하세요~

Hi para pemburu informasi tes TOPIK ... saya tahu saat ini Anda yang sedang buka pos ini pasti lagi seneng banget kan pas baca judul di postingan ini ... ㅋㅋㅋ

Isinya dijamin sesuai judulnya ... asli bukan clickbait apalagi hoax.


Baca Informasi TOPIK TERBARU!Informasi Pendaftaran TOPIK Ke-57 April 2018


Saya harap rasa frustasi Anda cukup berkurang ya saat membuka tentang informasi yang akan saya sampaikan ini. Karena saya juga tahu banget gimana rasanya frustasi gara-gara susah mencari yang namanya informasi pendaftaran TOPIK di Indonesia tanpa embel-embel EPS saat searching di google ... ughhh rasanya tuh pengen garuk-garuk tembok deh ... cukuplah rasa frustasi mempersiapkan diri ikut test. Informasinya jangan dong ya... TT *nangis

Hahhaa ... udah-udah cukup sudah deh kayaknya buat pemanasannya ... sekarang langsung aja ya check it out below informasi TOPIK ke-54 untuk lokasi Indonesia bulan oktober 2017 ya ^^ :



TOPIK ke-54 Periode Kedua Tahun 2017 Indonesia

www.dongponews.net


Target : Warga Korea yang tinggal di luar negeri dan warga asing yang tidak berbicara bahasa Korea sebagai bahasa ibu.


-Jadwal Eksekusi
1. Tanggal Ujian : Minggu, 22 Oktober 2017
2. Tanggal & Waktu Pendaftaran : Selasa, 04 Juli 2017 - Senin, 17 Juli 2017. Jam 09.00-15.00 *kunjungan mendaftar
3. Pengumuman Hasil : Kamis, 30 November 2017 *online (www.topik.go.kr)




-Pendaftaran dan Informasi
1. Jakarta : Jakarta International Korean School (JIKS) / 자카르타한국국제학교
Telepon : 021-844-4958

2. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada (UGM)
Telepon : 027-451-3096

3. Bali : Bali Korean School / 발리한국학교
Telepon : 0361-464-333

4. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Telepon : 0821-1566-6969

*Lokasi Ujian : sama seperti tempat mendaftar.




-Metode Evaluasi
TOPIK I :  Total skor 200 poin
                 Waktu ujian : 100 menit
(Mendengar, Membaca)
TOPIK II :  Total skor 300 poin
                  Waktu ujian : 180 menit
(Mendengar, Menulis, Membaca)




-Waktu Ujian *Minggu, 22 Oktober 2017
1. TOPIK I :
Periode 1 : Mendengar, Membaca
Registrasi      : 09.10
Mulai ujian   : 09.40
Ujian selesai : 11.20
(Waktu ujian : 100 menit)

2. TOPIK II
Periode 1 : Mendengar, Menulis
Registrasi      : 12.20
Mulai ujian   : 12.50
Ujian selesai : 14.40
(Waktu ujian : 110 menit)
Periode 2 : Membaca
Registrasi        : 15.00
Mulai ujian     : 15.10
Ujian selesai   : 16.20
(Waktu ujian : 70 menit)




-Persyaratan Pendaftaran
1. Membayar uang pendaftaran :
TOPIK I   : Rp. 150.000
TOPIK II  : Rp. 250.000
2. 3 lembar foto 3×4 (foto terbaru dalam 3 bulan terakhir)
3. 1 lembar foto kopi KTP/Paspor (membawa yang asli)


-Instruksi untuk Peserta
1. Kartu peserta ujian diperoleh dengan menunjukkan slip pembayaran dan kartu identitas saat hari-h ujian.
2. Menunjukkan Kartu Identitas berupa KTP/Paspor asli saat hari ujian.
*tidak diperbolehkan mengikuti ujian jika tidak dapat menunjukkan identitas
3. Alat tulis disediakan oleh penyelenggara TOPIK. Pulpen yang digunakan khusus untuk ujian TOPIK. Termasuk pita koreksi (correction pen), ada di meja pengawas ujian. Apabila ada kesalahan diminta untuk mengangkat tangan dan pengawas yang akan datang untuk memberikan pita koreksi.

Sumber : www.innekorean.or.id (diterjemahkan)
URL lengkap (full hangeul) : 제54회 한국어능력시험

*BTW, maaf ya kalau beberapa terjemahannya mungkin gak 100% sesuai, dan ada beberapa yang saya tambahkan, tapi informasi yang paling vital seperti tanggal dan persyaratan insyaAllah sesuai sumber.


Jadi, sebenarnya kunci untuk mencari informasi terkait TOPIK adalah harus pakai keyword dalam bahasa Korea ke search engine semacam Google. Kalau carinya dengan keyword bahasa Indonesia, hasilnya yang muncul hanya beberapa informasi tes yang sudah lalu atau cerita pengalaman yang pernah ikut TOPIK sebelumnya, itu pun dalam jumlah yang sangat sedikit, dan yang paling bikin frustasi itu kalau pencarian teratasnya yang muncul malah EPS-TOPIK (Employment Permit System-TOPIK) padahal nyarinya yang TOPIK aja.

Nah, singkatnya trik kalau mau dapat info yang paling akurat yaitu : contohnya ketik '한국어능력시험 제54회 인도네시아' kalau cari info TOPIK yang ke-54. Dan sepertinya informasi tentang pendaftaran baru dirilis sekitar sebulan sebelum waktu pendaftaran. Jadi deket-deket waktu pendaftaran mau dibuka baru bisa mulai cari informasinya.

Untuk negara Indonesia, TOPIK hanya diadakan 2 kali. Yaitu pada bulan April dan bulan Oktober. Dengan masing-masing waktu pendaftaran pada bulan Januari dan Juli (3 bulan sebelum tes). Jadi harus banget dipersiapkan secara teliti biar gak ketinggalan periode pendaftaran yang cuma 2 kali setahun itu.

Kalau masih bingung antara TOPIK I dan II. Singkatnya, TOPIK I untuk tingkat pemula (beginner) dan TOPIK II untuk tingkat menengah (intermediate) dan tingkat lanjut (advanced). Nah, kalau sertifikat TOPIK ditujukan untuk melamar beasiswa ke Korea bagusnya pakai TOPIK II dengan skor minimal dapat level 3 (level menengah).

Wah, tinggal sekitar 2 minggu lagi nih sebelum waktu pendaftaran dibuka, jadi siapkan dirimu ya! And good luck ya buat semuanya!

NB : Pendaftaran secara langsung dan tidak tersedia pendaftaran secara online. Hubungi kontak tempat pendaftaran apabila ingin bertanya informasi yang lebih jelas lagi, ya!

Oke, see you in my next post! ✌

15 Juni 2017

Budaya Nyontek = Gak Pelit?

Juni 15, 2017 1 Comments

JANGAN JADI TUKANG NYONTEK! *maafcapslockjebol*

Hehe, sebenarnya sih inti dari postingan saya kali ini cuma itu aja kok. Pesannya hanya satu : Jangan nyontek!

Kalau sekiranya kalian yang sedang baca ini bukan si tukang nyontek yang saya maksud, bisa abaikan saja tulisan saya kali ini. Tapi buat yang masih suka jadi pelaku contek-mencontek, saya sarankan untuk baca tulisan saya ini lebih lanjut deh.

Saya sendiri bukan orang yang cerdas, nilai sekolah saya juga jarang sekali sangat gemilang. Saya juga merasa lemah di pelajaran-pelajaran eksak, meskipun dulu pas SMA malah memaksakan diri tersiksa secara suka rela di kelas IPA. Kalau kalian lihat ijazah SMA, SMP bahkan SD saya, kalian mungkin bahkan bisa tertawa saking buruknya nilai-nilai ujian saya. Pokoknya satu hal utama yang perlu saya tegaskan adalah : saya bukan orang cerdas dengan prestasi nilai yang gemilang!

Hal kedua yang perlu saya beritahukan sebelum kalian baca tulisan ini lebih lanjut, yaitu adalah : saya bukan orang yang tidak pernah menyontek! Ya! Saya juga pernah nyontek saat di sekolah!  Tapi saya sudah bertekad untuk sebisa mungkin tidak pernah melakukan hal seperti itu lagi.

Jadi, yang perlu saya tegaskan sekali lagi adalah saya bukan orang yang cerdas, sehingga nyontek sebenarnya bisa jadi merupakan kebutuhan primer saya selama sekolah maupun kuliah! Tetapi saya sudah berkomitmen sejak beberapa tahun silam bahwa saya akan berusaha untuk tidak menyontek sama sekali! Tidak peduli seberapa susah soalnya bahkan hanya untuk bertanya rumus untuk jawab soal, saya telah bertekad tidak akan mau menyontek lagi! Dan saya tidak pernah menyesali keputusan untuk berhenti melakukan kebiasaan itu sama sekali. Meskipun seringkali hasil nilai ujian saya berakhir dengan menanjak tajam kebawah.

Maka bagi kalian yang masih duduk di bangku sekolah maupun kuliah serta harus menghadapi berbagai ujian, ulangan atau pun kuis saya sarankan berhenti menyontek sekarang juga! Karena kalian akan mengetahui dahsyatnya pengaruh dari menghentikan perilaku ini suatu saat nanti.

Kenapa harus berhenti? Apa alasannya? Apa karena itu sudah jadi slogan guru yang terus diulang-ulang seperti kaset rusak sebelum memulai ritual ujian?

Alasannya sebenarnya simpel saja kalau buat saya. Tanyakan pada diri kalian apa substansi dari ujian yang kalian jalani itu sendiri. 

Kenapa saya harus mengikuti dan mengerjakan ujian? 

Apa tujuannya? 

Tanyakan itu terlebih dahulu! Dan pikirkan jawaban kalian yang paling jujur—sejujur-jujurnya.

Jika jawabannya adalah karena hanya ingin mendapatkan sebuah nilai dari ujian tersebut. Tanyakan lagi, buat apa nilai-nilai itu? Kalian gunakan untuk apa?

Biar bisa masuk ke sekolah atau kampus unggulan? Biar bisa dapat kerja di perusahaan yang bagus? Takut dimarahin ortu? Semua teman-teman juga sama aja kayak gitu? Karena sudah kebiasaan? Atau kamu sendiri gak tahu alasan pasti kenapa selama ini kamu hobi nyontek?

Oke, biar lebih singkat dan enggak berbelit-belit saya akan tuliskan saja 5 poin kenapa mulai detik ini kita harus merubah kebiasaan mencontek di sekolah maupun di kampus! Silahkan di simak ya, guys!






1. Substansi dari Ujian itu Sendiri Apa?

Nyatanya, ujian diadakan bertujuan untuk menguji kemampuan siswa/mahasiswa dalam memahami teori yang selama rentang waktu tertentu diberikan oleh pengajar. Kalau kita nyontek, terus apa gunanya dong ujian itu diadakan? Toh, nilai itu bukan murni hasil kerja kita. Kalau kita ngerjain dengan cara nyontek, entah itu dari teman, repekan, googling atau hasil nyomot dari share teman di grup line kelas. Jelas banget itu artinya yang kita tuliskan bukan berdasarkan pengetahuan kita dan apa yang kita pahami dari materi ujian tersebut. Dan hasil ujian itu nyatanya bukan milik kita secara makna harfiah, dan hanya secara teknis saja. Ujung-ujungnya hanya jadi formalitas untuk ditulis di rapor/kartu hasil studi (KHS) belaka. Atau barangkali nilai ujian hasil contekan itu hanya untuk menghindari ikut ujian susulan, ngulang mata kuliah yang sama tahun depan atau malahan biar gak malu sama gebetan kalau ketahuan nilainya anjlok ... takut turun pencitraan?


2. Kita Ngapain Sekolah dan Kuliah?

Saat ditanya alasan kenapa kita harus sekolah atau melanjutkan kuliah, nyaris rata-rata pasti kita tentu akan menjawab untuk menuntut ilmu. Tapi karena kata-kata biasanya tak seindah kenyataan yang terpampang nyata, pada akhirnya itu hanyalah menjadi bualan belaka. Bolos kelas, main hp di kelas atau malah sibuk ngobrol sendiri sama teman di kelaslah yang jadi kegiatan rutinan saat guru/dosen nerangin materi. Gak heran kalau pas ujian malah bingung mau jawab apa, karena gak ngerti sama sekali. Dan ujung-ujungnya nyontek deh. Dan bukan rahasia umum lagi kalau pas ujian jadi kong kalikong deh buat cari jawaban sama teman-teman sepermainan. Terus ngapain capek-capek sekolah, kalau ilmu yang jadi tujuan datang kesana malah gak ada esensinya sama sekali?


3. Gak Mau Kasih Contekan = Pelit?

Kalian udah gak nyontek sih, tapi masih kasih contekan? Please ... hentikan kebiasan yang satu itu juga mulai sekarang. Dibilang pelit gara-gara gak mau kasih contekan? Dibilang sok pinter? Budek? Tau gak, dengan kalian gak mau kasih contekan itu malah kita telah membantu teman kita. Iya! Karena kita sudah nyelamatin dia dari kesesatan yang nyata. Coba kita pikirkan deh. Kalau kita terus-terusan ngasih dia contekan, dan membiarkan dia mengerjakan ujian dengan bergantung dari hasil contekan orang lain. Itu sama saja kita telah menjerat dia dengan tali kemalasan dan kebodohan. Itu ibaratnya sama aja kayak nyuapin anak dari bayi sampe gede! Dia gak akan bisa berkembang dan otaknya bakalan tumpul karena jarang diasah. Beneran deh, kalau kalian masih kemakan sama omongan yang satu ini, dan mau aja ngasihin contekan kalian karena takut dibilang pelit atau kasihan sama teman kalian yang pasang muka melas tiap mohon-mohon jawaban. Baca poin selanjutnya...


4. Daripada Memberi Contekan, Lebih Baik ...

Coba bantu ajarkan teman kita yang ngerasa lemah di mata pelajaran/kuliah tertentu. Atau kalian bisa saling diskusi dan belajar bareng. Klise memang, ala-ala anjuran yang ada di buku PKn. Tapi nyatanya ini benar-benar worth it banget buat kita dan teman kita kalau bisa dilakukan secara konsisten. Kalau ada tugas juga, kalian bisa ngerjain dan memecahkan masalah bareng buat menyelesaikan tugas. Hal ini selain bisa memberikan amal jariyah buat kita karena mau untuk saling berbagi ilmu, juga dapat membuatmu makin pinter. Tahu gak kenapa orang suka mudah lupa sama materi pelajarannya? Hafalan pas ujian juga biasanya suka nguap entah kemana setiap kali udah beres ujiannya. Jawabannya adalah karena setelah dapat ilmu itu, biasanya tidak dipelajari ulang lagi. Coba deh kalau sering-sering berbagi ilmu, ngajarin teman atau diskusi tentang pelajaran, biasanya ilmu yang didapat bakalan lebih mudah nempel di otak. Itu karena materi tersebut sering diulang-ulang, hingga akhirnya malah jadi hafal di luar kepala. Dan yang pastinya kegiatan ini jelas lebih barokah ketimbang nyontek pas ujian.


5. Jujur Sama Diri Sendiri

Dengan komitmen untuk enggak menyontek lagi, itu sama artinya kita telah mulai bersikap dengan jujur. Tidak hanya sama guru atau dosenmu, tetapi jujur dengan dirimu sendiri juga. Terlebih lagi sama yang Maha Melihat. Kalau kita nyontek, itu sama aja kita gak percaya dengan kemampuan diri sendiri. Ingat! Kejujuran itu adalah mata uang yang berlaku di mana-mana. Kalau kita jujur, semua hal akan menjadi lebih mudah. Mungkin terkadang terasa berat, tapi kalau sudah komitmen untuk dijalani pasti akan terasa lebih ringan ke depannya. Dan akan ada jutaan manfaat yang bakalan dirasakan. Bayangkan saja kalau nilai yang kita dapatkan selama ini di ijazah ternyata kebanyakan hasil nyontek dan tidak jujur, lalu kemudian ijazah tersebut dipakai buat ngelamar kerja dan untuk mendapatkan uang. Bagaimana coba?

Oke, mungkin barangkali cuma itu yang bisa saya sampaikan. Sekali lagi saya tegaskan bahwa saya sendiri bukan manusia yang sempurna dan juga tidak luput dari kegiatan mencontek di masa lalu. Tapi selagi masih ada waktu untuk berbenah, yuk mulai pelan-pelan ubah mental nyontek yang selama ini jadi budaya siswa dan mahasiswa, menjadi budaya jujur yang percaya dengan kemampuan diri sendiri. Bukan rahasia umum memang kegiatan yang satu ini karena sudah mengakar sejak lama, hingga bahkan tak jarang ada beberapa guru yang membiarkan meskipun tahu dan parahnya malah ada yang menyuruh siswa untuk saling menyontek. Meskipun begitu, bukan jadi halangan untuk kita dapat melawan arus. Jadilah agen perubahan dengan mental jujur yang haus akan ilmu.

Kalau kita salah satu yang berdiri di barisan para anti korupsi, kolusi dan nepotisme. Maka, kita juga harus 100% meninggalkan kebiasaan yang satu ini. Korupsi itu bisa dimulai dari hal-hal yang kecil. Dan kalau dari dini sudah menanam bibit-bibit kebiasaan tidak jujur, maka bukan tidak mungkin dikemudian hari akan berahkir jadi tikus pemakan duit rakyat!

Oke, see you in my next post!